Sulawesi Krisis Listrik di Tengah Potensi Besar: Solusi, Inovasi, dan Jalan Menuju Pemerataan Energi
Kekurangan pasokan listrik di Pulau Sulawesi mencerminkan sebuah paradoks nyata: wilayah yang kaya akan sumber energi baru terbarukan (EBT) justru mengalami krisis listrik yang berkepanjangan. Jutaan masyarakat di Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara masih hidup dalam kondisi pemadaman bergilir, bahkan tanpa akses listrik sama sekali. Situasi ini diperburuk oleh dampak kemarau panjang, minimnya investasi, serta belum optimalnya dukungan kebijakan nasional dalam mempercepat transisi menuju energi bersih.
Krisis Listrik dan Akar Permasalahan
Pada Oktober–November 2023, wilayah Sulawesi bagian selatan mengalami pemadaman listrik bergilir akibat penurunan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) hingga 75%. Dari total potensi daya 850 MW, hanya sekitar 200 MW yang dapat beroperasi secara optimal (Kompasiana ESDM Sulbar, 2023; Kumparan News, 2023). Fenomena El Niño menyebabkan debit air sungai merosot tajam, sementara 33% pasokan listrik kawasan tersebut bergantung pada PLTA. Akibatnya, defisit energi pun tak terelakkan.
Di Sulawesi Barat, kondisi ini sangat ironis. Provinsi ini memiliki 11 sungai besar dengan curah hujan merata, potensi energi surya hingga 1.677 MW, serta cadangan angin dan biomassa yang signifikan. Namun, hingga 2023, kapasitas pembangkit EBT yang terpasang baru mencapai 8 MW, sementara pembangkit berbahan bakar batu bara (PLTU) mencapai 50 MW. Beberapa wilayah, mulai dari desa di Buton hingga dusun terpencil di Pinrang, masih belum menikmati jaringan listrik PLN (Antara Sultra, 2016; Detik Sulsel, 2022; Pijarnews, 2024).
Potensi Energi Besar yang Belum Tergarap
Potensi energi terbarukan Sulawesi sangat menjanjikan. Studi Institute for Essential Services Reform (IESR) memperkirakan potensi proyek EBT yang layak secara finansial di Sulawesi mencapai 63 GW, terutama dari energi surya dan angin. Menariknya, dibandingkan pulau besar lainnya di Indonesia, kontribusi PLTU dan PLTG di Sulawesi justru yang paling kecil, menjadikannya lokasi ideal untuk akselerasi transisi energi bersih (IESR, 2025; ESDM Sulbar, 2023). Sayangnya, lambatnya pengembangan infrastruktur transmisi, rendahnya investasi pembangkitan, serta hambatan birokrasi menghambat pemanfaatan potensi tersebut. Akibatnya, banyak daerah tertinggal tetap berada dalam kegelapan.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Ketiadaan listrik bukan hanya persoalan penerangan malam hari. Bagi siswa di desa tanpa listrik, belajar menjadi sulit setelah matahari terbenam. UMKM kesulitan mengembangkan usaha berbasis mesin dan pendingin. Akses terhadap informasi, layanan kesehatan, dan kualitas hidup secara umum pun ikut merosot (Kompasiana ESDM Sulbar, 2023; NusantaraTV, 2025). Ketimpangan energi ini memperlebar jurang pembangunan antardaerah.
Arah Solusi dan Inovasi untuk Masa Depan Sulawesi
1. Ekspansi PLTS dan PLTB Skala Komunal
Melihat potensi surya dan angin yang besar, perlu percepatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Bayu, baik terpusat maupun tersebar. Skema microgrid di desa-desa terpencil dapat meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi masyarakat (IESR, 2025; ESDM Sulbar, 2023).
2. Smart Grid dan Digitalisasi Infrastruktur
Penerapan jaringan listrik cerdas (smart grid) memungkinkan pemantauan real-time, pengelolaan beban secara efisien, dan pemulihan cepat saat terjadi gangguan. Hal ini penting untuk wilayah kepulauan dan remote (Delan Rachmando, 2023).
3. Kolaborasi Publik-Swasta dan Reformasi Kebijakan
Diperlukan insentif fiskal, deregulasi, dan mekanisme pembiayaan inovatif seperti green bonds untuk menarik investasi sektor swasta. Pemerintah pusat juga perlu menyelaraskan kebijakan EBT dengan kebutuhan dan potensi daerah.
4. Optimalisasi Energi Komunal Mandiri
Mendorong pengelolaan pembangkit EBT berbasis komunitas (community-based energy), seperti PLTS atap atau mikrohidro desa, dengan melibatkan masyarakat lokal dalam operasional dan pemeliharaan.
5. Elektrifikasi Desa dan Edukasi Energi
Pemerintah harus menggandeng PLN dan sektor swasta dalam memperluas program listrik desa, menyediakan pelatihan teknis, dan mensubsidi perangkat EBT skala rumah tangga.
6. Pengembangan Sistem Penyimpanan Energi (BESS)
Untuk mengatasi ketergantungan pada PLTA yang bersifat musiman, pengembangan Battery Energy Storage System (BESS) menjadi solusi krusial dalam menjaga kestabilan pasokan listrik di masa depan (IESR, 2025).
Penutup
Sulawesi memiliki seluruh prasyarat menjadi episentrum energi bersih dan pemerataan listrik Indonesia. Namun, tanpa langkah progresif dan kolaboratif, masyarakat di kawasan ini akan terus terjebak dalam ketimpangan energi. Kunci masa depan ada pada keberanian memanfaatkan potensi EBT secara maksimal, membangun infrastruktur jaringan dan sistem cerdas, serta menyatukan kekuatan lintas sektor dalam satu visi: energi hijau, merata, dan berkelanjutan untuk seluruh rakyat Indonesia Timur.
Farid Asyhadi, ST, M.Tr.AP
Pejabat Fungsional Inspektur Ketenagalistrikan
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Barat
Daftar Pustaka
-
Kompasiana ESDM Sulbar. Kekurangan Listrik di Sulawesi, Potensi Besar Tidak Tergarap, Masyarakat Terpaksa Hidup Tanpa Listrik. (2023)
-
Kumparan News. PLN Ungkap Masalah Pemadaman Listrik di Sulsel yang Dikeluhkan Warga. (2023)
-
IESR. Pulau Sulawesi, Timor dan Sumbawa Dapat Sepenuhnya Dilistriki Energi Terbarukan. (2025)
-
ESDM Sulbar. Sulawesi Barat Siap Manfaatkan Potensi Energi Surya Sebesar 1.677 MW. (2023)
-
Antara Sultra. Tujuh Desa di Buton Belum Nikmati Listrik. (2016)
-
Detik Sulsel. 6 Dusun di Pinrang Tanpa Listrik, PLN Janji Disuplai Bertahap. (2022)
-
Pijarnews. Berada di Daerah Pembangkit, Namun Warga Peppangan Pinrang Sejak Merdeka Hidup tanpa Listrik. (2024)
-
Nusantara TV. Dusun Mendra di Sulawesi Selatan Akhirnya Tersentuh Listrik Setelah Puluhan Tahun. (2025)
-
Delan Rachmando. Penerapan Kecerdasan Buatan dalam Sistem Tenaga Listrik: Masa Depan Energi yang Efisien dan Berkelanjutan, Kompasiana.com. (2023)
-
ESDM.go.id. Potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia. (2025)
Komentar
Posting Komentar