Pembangkit Listrik Tenaga Bakteri: Inovasi Energi Terbarukan yang Menjanjikan Namun Masih Perlu Pengembangan
Tulisan “Pembangkit Listrik Tenaga Bakteri” mengulas potensi bakteri sebagai sumber energi listrik alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan semakin menipisnya sumber bahan bakar fosil, energi terbarukan menjadi fokus utama, dan bakteri—makhluk hidup mikro yang mampu menghasilkan elektron melalui proses respirasi sel—menjadi salah satu inovasi menarik. Teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) memanfaatkan bakteri eksoelektrogen yang dapat mentransfer elektron ke elektroda, menghasilkan energi listrik yang sudah mampu menyalakan lampu LED dan mengisi baterai ponsel. Beberapa jenis bakteri seperti Geobacter sulfurreducens, Shewanella oneidensis, dan Ralstonia eutropha diketahui efektif dalam proses ini.
Namun, tulisan ini juga menunjukkan beberapa kekurangan yang perlu menjadi perhatian. Daya listrik yang dihasilkan saat ini masih sangat rendah dibandingkan pembangkit konvensional, sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan energi skala besar. Selain itu, pengembangan teknologi ini masih memerlukan pemahaman lebih mendalam tentang karakteristik bakteri dan bahan mediator untuk meningkatkan efisiensi. Aspek rekayasa genetika dan manipulasi gen bakteri menjadi tantangan riset yang harus terus dikembangkan agar potensi listrik dari bakteri bisa dimaksimalkan. Tulisan juga belum membahas secara rinci tantangan teknis, biaya produksi, serta integrasi sistem pembangkit listrik tenaga bakteri dengan jaringan listrik nasional.
Solusi yang dapat diusulkan adalah peningkatan riset dan pengembangan teknologi MFC dengan fokus pada rekayasa genetika bakteri untuk meningkatkan produksi elektron dan efisiensi transfer energi. Kolaborasi antara lembaga penelitian, universitas, dan industri sangat diperlukan untuk mempercepat inovasi dan penerapan teknologi ini secara komersial. Selain itu, pengembangan bahan mediator dan desain sistem bioelektrokimia yang optimal dapat meningkatkan daya keluaran listrik. Pemerintah dan sektor swasta perlu memberikan dukungan pendanaan dan kebijakan yang mendukung pengembangan energi terbarukan berbasis mikroba ini sebagai bagian dari diversifikasi sumber energi nasional.
Melihat tren ke depan, pembangkit listrik tenaga bakteri memiliki potensi besar sebagai energi hijau yang murah dan ramah lingkungan, terutama untuk aplikasi skala kecil dan menengah. Dengan kemajuan teknologi bioteknologi dan bioelektrokimia, sistem ini dapat menjadi pelengkap penting dalam ekosistem energi terbarukan Indonesia yang tengah berkembang, seiring dengan upaya pengurangan emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Farid Asyhadi
Pejabat Fungsional Inspektur Ketenagalistrikan
Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Barat
Daftar Pustaka:
Rizal, “Pembangkit Listrik Tenaga Bakteri,” Kompasiana.com
ITB.ac.id, “Microbial Fuel Cell, Energi Listrik Alternatif dari Bakteri,” 2011
Kementerian ESDM RI, “Pengembangan Energi Baru Terbarukan di Indonesia,” 2025
Ember Energy, “Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2024-2060,” 2025
Komentar
Posting Komentar