Nanoteknologi menjadi terobosan penting dalam meningkatkan efisiensi sel surya sebagai sumber listrik ramah lingkungan yang sangat potensial bagi Indonesia. Sel surya konvensional saat ini memiliki efisiensi sekitar 12-19%, yang masih tergolong rendah untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Melalui nanoteknologi, efisiensi ini dapat ditingkatkan hingga mencapai sekitar 30%, hampir dua kali lipat dibandingkan teknologi konvensional.
Peneliti dari École polytechnique fédérale de Lausanne (EPFL) mengembangkan dye-sensitized solar cells (DSCs) berbahan titanium dioksida (TiO2) berskala nano. TiO2 ini memungkinkan sel surya menjadi lebih efisien, ringan, dan tembus pandang sehingga dapat diaplikasikan pada kaca atau jendela gedung tanpa menghalangi pemandangan. Teknologi ini sangat cocok untuk Indonesia yang menerima sinar matahari sepanjang tahun, menjadikan gedung-gedung pencakar langit di kota besar berpotensi menghasilkan listrik sendiri sekaligus mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Selain itu, nanoteknologi juga meningkatkan efisiensi panel surya melalui penggunaan nanomaterial seperti nanowire yang memperbesar permukaan penyerapan cahaya hingga sembilan kali lipat, serta nanofluida yang meningkatkan efisiensi sistem panas surya hingga 10% dibandingkan fluida konvensional. Inovasi ini menjanjikan pengembangan energi surya yang lebih kompetitif dan berkelanjutan.
Dengan potensi besar nanoteknologi, Indonesia memiliki peluang strategis untuk mempercepat transisi energi bersih dan mandiri, mendukung target pembangunan berkelanjutan, dan mengurangi emisi karbon dari sektor energi.
Farid Asyhadi
Pejabat Fungsional Inspektur Ketenagalistrikan
Dinas ESDM Sulawesi Barat
Komentar
Posting Komentar