Kesadaran masyarakat akan bahaya penggunaan listrik yang tidak aman di lingkungan rumah tangga masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Setiap tahun, ratusan insiden kebakaran yang berasal dari korsleting listrik terjadi di berbagai daerah, sering kali disebabkan oleh penggunaan kabel tidak standar, sambungan listrik berlebihan, atau kelalaian saat mengisi daya perangkat elektronik. Peristiwa semacam ini tidak hanya menimbulkan kerugian materiil, tetapi juga mengancam keselamatan jiwa.
Upaya edukasi keselamatan listrik yang dilakukan di Kelurahan Pedurungan Tengah, Semarang, sebagaimana dicontohkan oleh Salmanalfarisy (2022), menjadi teladan bagaimana pendekatan berbasis komunitas dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko kelistrikan dalam aktivitas sehari-hari.
Mengapa Edukasi Keselamatan Listrik Itu Penting?
Bahaya listrik bersifat laten—tidak terlihat dan tidak tercium—namun dampaknya bisa mematikan jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa alasan utama mengapa edukasi keselamatan listrik harus menjadi prioritas antara lain:
-
Korsleting listrik masih menjadi penyebab utama kebakaran rumah tangga di Indonesia, menyumbang lebih dari 75% dari total kejadian. Hal ini mayoritas disebabkan oleh instalasi listrik yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) serta kabel yang telah aus atau terkelupas.
-
Bahaya listrik sering kali tidak disadari hingga menimbulkan dampak nyata seperti ledakan alat rumah tangga, kebakaran, atau kematian akibat sengatan listrik.
-
Kurangnya pengetahuan teknis masyarakat, baik dalam hal pemasangan instalasi maupun penggunaan alat listrik secara aman, memperbesar risiko kecelakaan di rumah sendiri.
Oleh karena itu, edukasi yang sistematis dan berkelanjutan menjadi kebutuhan mutlak untuk meningkatkan keselamatan di tingkat individu maupun komunitas.
Strategi Edukasi dan Pencegahan Bahaya Listrik
1. Penyuluhan dan Sosialisasi Langsung
Salah satu metode paling efektif adalah penyuluhan langsung di tengah masyarakat. Edukasi disampaikan secara komunikatif dan disesuaikan dengan kondisi sosial-kultural setempat. Strategi ini dapat berupa:
-
Penyuluhan lapangan oleh petugas teknis atau relawan.
-
Simulasi kejadian kebakaran akibat korsleting, agar masyarakat lebih memahami skenario nyata dan langkah penanganannya.
-
Pemasangan poster, spanduk, dan leaflet edukatif berisi pesan keselamatan yang mudah dipahami.
2. Materi Edukasi Kunci
Beberapa poin penting yang wajib disampaikan dalam setiap program edukasi keselamatan kelistrikan meliputi:
-
Gunakan kabel dan alat listrik yang bertanda SNI.
-
Hindari pengisian daya berlebihan, terutama pada malam hari tanpa pengawasan.
-
Periksa instalasi listrik secara berkala, minimal sekali dalam 10 tahun, terutama bagi rumah-rumah yang berusia lebih dari 20 tahun.
-
Jangan menumpuk terlalu banyak steker dalam satu colokan listrik, karena dapat memicu pemanasan berlebih dan berujung pada korsleting.
-
Segera ganti kabel atau alat yang rusak, termasuk yang terkelupas atau meleleh.
-
Kenali tanda bahaya listrik, seperti bau hangus, percikan api kecil dari saklar, atau peralatan yang cepat panas.
-
Ketahui langkah tanggap darurat, misalnya segera mematikan MCB (Miniature Circuit Breaker) atau sumber listrik utama saat terjadi korsleting dan menghubungi teknisi bersertifikat atau layanan PLN.
3. Pelatihan dan Sertifikasi
Untuk menciptakan perubahan berkelanjutan, pelatihan bersertifikat kepada warga atau pemuda lokal sebagai agen keselamatan listrik dapat dilakukan. Mereka dapat menjadi perpanjangan tangan pemerintah atau PLN dalam menyebarluaskan pengetahuan dan menjadi garda terdepan dalam memonitor potensi bahaya kelistrikan di lingkungan masing-masing.
Peran Stakeholder dan Inovasi dalam Edukasi
Keselamatan listrik bukan hanya tanggung jawab individu, melainkan kerja kolaboratif dari banyak pihak:
-
PT PLN (Persero) telah menggagas program edukatif seperti HSSE Goes to School, Gerakan Listrik Aman, serta pelatihan instalatur bersertifikat di berbagai wilayah.
-
Perusahaan swasta juga berperan, misalnya Schneider Electric yang menyelenggarakan edukasi massal dan berhasil menjangkau jutaan warga.
-
Media sosial dan digitalisasi edukasi melalui video tutorial, infografis, hingga aplikasi seperti PLN Mobile, membuat informasi keselamatan listrik lebih mudah diakses oleh semua kalangan.
-
Pelibatan sekolah, tokoh agama, RT/RW, dan komunitas lokal menjadi strategi jitu menjangkau masyarakat akar rumput secara efektif.
Arah Pengembangan dan Inovasi Keselamatan Listrik ke Depan
Perkembangan teknologi dan digitalisasi membuka peluang besar untuk meningkatkan keselamatan listrik secara sistematis:
-
Penggunaan Gawai Proteksi Arus Sisa (RCCB/GPAS) semakin disarankan sebagai komponen wajib di rumah tangga untuk mencegah kebocoran arus dan sengatan listrik fatal.
-
Pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) dalam memantau kondisi instalasi listrik secara real-time melalui sensor arus dan suhu yang terintegrasi dengan ponsel cerdas.
-
Penguatan kurikulum pendidikan yang memasukkan literasi keselamatan listrik sejak dini di sekolah dasar dan menengah.
-
Kemitraan lintas sektor, termasuk antara pemerintah daerah, Dinas ESDM, PLN, dan institusi pendidikan tinggi, untuk menyusun modul pelatihan keselamatan listrik berbasis lokal yang adaptif dan mudah diaplikasikan oleh masyarakat.
Penutup
Keselamatan listrik adalah investasi berharga bagi masa depan keluarga dan masyarakat. Bahaya listrik dapat dicegah dengan pengetahuan, kedisiplinan, dan komitmen bersama. Melalui edukasi yang tepat, penggunaan peralatan berstandar, serta penguatan peran komunitas dalam memantau dan melaporkan risiko kelistrikan, kita bisa membangun lingkungan yang lebih aman dan tangguh.
Dengan sinergi antara teknologi, edukasi, dan kesadaran kolektif, diharapkan jumlah kecelakaan akibat listrik dapat ditekan secara signifikan, dan budaya aman listrik tumbuh di setiap rumah tangga di Indonesia.
Farid Asyhadi, ST. MTr.AP
Pejabat Fungsional Inspektur Ketenagalistrikan
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sulawesi Barat
Komentar
Posting Komentar